Pagi
buta, ia sudah siap dengan keranjang besar di punggungnya, tongkat
penjepit dan magnet bundar di ujungnya.
Ia datangi satu demi satu tong sampah di setiap rumah. Ia korek-korek, kadang ia mendapati botol plastik, kadang ia dapati kaleng bekas minuman bersoda, kadang ia dapati kardus dan Koran. Ia mulai memisahkan berdasarkan jenisnya.
Menjelang
siang hari keranjang besar itu sudah penuh dengan sampah beraneka
jenis. Ia datangi pengepul, ditukarnya sekeranjang sampah itu dengan
beberapa lembar uang ribuan setelah sebelumnya ditimbang berdasarkan
jenisnya. Pemulung memang mendapatkan uang tidak sebesar yang kita
dapatkan, tapi ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil.
Pelajaran apa yang bisa kita ambil?
Pertama, Bergegaslah dan jangan Malas!.
Kantuk
adalah tanda kehidupan, tapi manakala kantuk itu menjadi alasan utama
yang membuat kita berhenti beraktivitas wajib, maka itu adalah tanda
"kematian". Kita
harus mengalahkan kantuk dan kemalasan setiap hari. Bahkan Rasulullah
mengajari kita untuk berlindung dari kelemahan dan kemalasan. Setiap
hari pemulung harus berpacu dengan tukang sampah, ketika ia terlambat
beberapa saat saja, ia akan kehilangan sampah yang seharusnya bisa
pungut. Walau hanya dibalut dengan baju atau kaos lusuh plus celana
seadanya, ia harus bergegas sembari bersusah payah membelalakkan kedua
matanya untuk mengusir kantuk yang mendera. Ia akhirnya setiap hari
berhasil mengalahkan kemalasan, sikap lemah dan berhasil menjemput
rizkinya di balik tong-tong sampah. Bagaiman dengan kita?
Kedua, sambut pagi!.
Memulai aktifitas dari pagi hari. Rasulullah pernah besabda:
بورك أمتي في بكورهم,
artinya: "Umat ku diberkahi pada pagi hari mereka". Seorang muslim
setelah menjalankan shalat malam, dan kemudian istirahat sebentar lalu
menjalankan shalat subuh di masjid, tibalah saatnya untuk mencari
karunia Allah di muka bumi. Kita diwajibkan menyebar di segenap bumi
untuk mencari maisyah, mencari sumber-sumber rezeki dari berbagai
pintunya. Apapun profesi kita, apakah guru, pedagang, pebisnis,
karyawan, pagi hari adalah waktu yang sangat baik untuk memulai aktivitas. Pagi adalah awal
hari, saat fajar mulai menunjukkan kemerahannya, disusul mentari,
kicauan burung dan kokokan ayam jantan. Udara pagi hari seberapapun
kotornya nanti, adalah kondisi paling ideal untuk dihirup seluruh
makhluq hidup termasuk kita. Saat itu pula badan kita telah kembali
segar dan bergairah, setelah beberapa jam kita terlelap
dan kita biarkan sel-sel tubuh kita meregenerasi dirinya. Saat itulah
kuncup-kuncup bunga kembali bermekaran, setelah semalaman ia
menguncupkan dirinya. Saat itulah bayi-bayi
membuka matanya, tersenyum menebarkan kebahagiaan bagi setiap orang yang
menatapnya. Saat itulah Malaikat mendoakan keberkahan bagi orang-orang
yang membelanjakan hartanya di jalan Allah. Itulah pagi hari. Maka sebaik-baik aktivitas yang baik idealnya kita mulai saat pagi.
Ketiga, bawalah bekal walau itu berat!.
Lihatlah
pemulung, keranjangnya melebihi besar tubuhnya, dipikul di punggungnya,
iapun membawa tongkat untuk memudahkan memungut sampah. Ia paham benar
apa yang akan ia lakukan dengan bekalnya. Keranjangnya sebanding dengan
uang yang ia harapkan setelah ia menjual sampah hasil pencariannya.
Bahwa kita dengan berbagai profesi kita, membutuhkan bekal untuk
mencapai impian dan hasil yang kita harapkan. Semakin kita siap dan
sungguh-sungguh mempersiapkannya semakin siap kita menjemput impian dan
sukses yang kita harapkan itu. Kadang bekal itu sangat berat, dan itulah
mungkin resiko yang harus kita pikul agar hasil yang kita capai
maksimal. Dan sebaik-baik bekal sesungguhnya adalah taqwa, apapun impian
yang ingin anda capai. Karena taqwa dijadikan Allah sebagai wasilah
agar kita ditolong, agar kita memperoleh jalan keluar dari setiap
keruwetan yang kita hadapi, agar kita dimudahkan dan agar kita
memperoleh rezeki dari pintu yang tidak kita sangka-sangka.
Keempat, kumpulkan sedikit demi sedikit!.
Keranjang
tukang sampai begitu besar, sementara sampah-sampah yang ia pungut
mungkin hanya satu buah disetiap tong sampah, malah mungkin ia tidak
dapatkan satupun darinya. Tapi ia tidak pernah berhenti dan bosan untuk
menghentikan kerjanya, memunguti satu demi satu, mengumpulkan
sampah-sampah hingga keranjangnya penuh. Anda, saya mungkin memiliki
impian dan target pencapaian yang sangat besar. Seakan-akan target itu
sulit bahkan mustahil kita penuhi. Tapi yakinlah bahwa jika sedikit demi
sedikit kita kumpulkan kemampuan dan hasil-hasil kecil itu hingga
akhirnya target kita terpenuhi. Lihatlah bukankah buku-buku ditulis
selembar demi selembar. Lihatlah bukankah banjir itu berasal dari
kumpulan dari setitik air hujan?
Kelima, klasifikasikan yang Anda temukan!.
Apapun
yang kita miliki, kita dapatkan dan kita hasilkan cobalah untuk
dikumpulkan sesuai dengan jenisnya. Itu akan memudahkan kita untuk
memikirkannya dan managenya. Klasifikasi itu akan memberi kita nilai
yang lebih daripada kita satukan. Bukankan ketika seorang pemulung
menjual sampahnya berdasarkan jenisnya ia akan memperoleh uang lebih
daripada ia memborongkannya?
Keenam, tukarlah apa yang telah anda hasilkan!.
Berapapun hasilnya yang telah kita peroleh, ia tidak akan bernilai apapun jika tidak
Anda tukar dengan sesuatu yang anda inginkan. Bukankah Allah telah
mewajibkan hambanya untuk beribadah kepadaNya, tapi Dia juga memberikan
bagi hambanya surga dengan rahmatNya? Surga adalah nilai tukar yang akan
kita dapatkan setelah kewajiban kita jalankan, walaupun ibadah itu
sebenarnya sangat tidak sebanding dengan nikmat yang Allah
berikan kepada kita. Itulah pelajaran yang dapat kita ambil dari
seorang pemulung. Wallahu a'lam.
Diposkan : Atep Supriatna
0 komentar:
Posting Komentar