INILAH.COM, Soreang - Kabupaten Bandung membutuhkan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) regional untuk menangani sampah. Minimnya TPA
Regional, membuat banyak sampah yang dibuang sembarangan di
pinggir-pinggir jalan yang ada di Kabupaten Bandung.
"Harusnya terdapat TPA regional dan TPS di tiap lokasi. Sehingga, tidak berceceran dan dibuang sembarangan," ujar Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Bandung, Aef Saefullah, Senin (27/5).
Aef mengatakan, TPA regional bisa ditempatkan di pasar dan berbentuk semacam kontainer. Sehingga tidak ada alasan kekurangan lahan untuk membangun tempat pembuangan atau penampungan sampah. Menurutnya, anggaran untuk pembangunan pun sudah disediakan sekitar Rp1 miliar. Aef berharap, TPA regional bisa ditempatkan di titik-titik tertentu seperti Rancaekek, Cicalengka, dan Soreang. Dengan demikian, permasalahan sampah di Kabupaten Bandung yang masuk zona merah bisa diatasi.
Aef menilai, jika petugas kebersihan perlu ditambah dan masih bisa dilakukan meskipun bersifat honorer. Pihaknya mengaku selalu berkoordinasi dengan Dinas Perumahan Tata Wilayah dan Kebersihan (Dispertasih) Kabupaten Bandung dalam penanganan sampah.
Sekretaris RW 05 Kampung Cibadak, Kecamatan Baleendah, Agus Suwahyudin mengatakan, belum ada solusi untuk mengatasi masalah sampah dalam kapasitas besar. Di lingkungannya, sampah dibakar di depan rumah masing-masing dan sebagian warga membuang sampah bukan pada tempatnya.
Dia mengaku, di rukun warganya sudah terdapat TPS, namun baru bisa mencakup 50 persen dari sampah yang dihasilkan. TPS tersebut dibangun dengan anggaran pemerintah dan swadaya dari masyarakat.
"Untuk biaya penanganan sampah membutuhkan biaya tinggi. Setidaknya untuk satu kali menarik sampah membutuhkan biaya sekitar Rp400 ribu. Kalau untuk menarik iuran dari warga pun sangat berat," jelas Agus.
Pantauan INILAH di lapangan, tumpukan sampah terlihat di beberapa titik. Mulai dari Kopo Sayati, Sukamenak, Margaasih, Margahayu Katapang, Cincin, Gandasari dan beberapa titik jalan lainnya.
Herni (23) warga Sukamenak mengatakan, sampah dari pemukiman warga, jarang sekali diangkut. Akibatnya, menumpuk di pinggir jalan hingga berhari-hari. Kalau pun diangkut, tidak semuanya dan bertumpuk kembali ditambah dengan sampah yang baru datang.
Herni dan warga lainnya berharap, pemerintah dapat menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) agar tidak ditumpuk di tepi jalan. "Warga sudah protes ke petugas kebersihan, supaya jangan simpan disini tapi nggak didengar. Kami cuma bisa minta pemerintah agar dapat menyediakan TPS dan segera diangkut jika sudah penuh," tutur Herni.[ang]
"Harusnya terdapat TPA regional dan TPS di tiap lokasi. Sehingga, tidak berceceran dan dibuang sembarangan," ujar Anggota Komisi C DPRD Kabupaten Bandung, Aef Saefullah, Senin (27/5).
Aef mengatakan, TPA regional bisa ditempatkan di pasar dan berbentuk semacam kontainer. Sehingga tidak ada alasan kekurangan lahan untuk membangun tempat pembuangan atau penampungan sampah. Menurutnya, anggaran untuk pembangunan pun sudah disediakan sekitar Rp1 miliar. Aef berharap, TPA regional bisa ditempatkan di titik-titik tertentu seperti Rancaekek, Cicalengka, dan Soreang. Dengan demikian, permasalahan sampah di Kabupaten Bandung yang masuk zona merah bisa diatasi.
Aef menilai, jika petugas kebersihan perlu ditambah dan masih bisa dilakukan meskipun bersifat honorer. Pihaknya mengaku selalu berkoordinasi dengan Dinas Perumahan Tata Wilayah dan Kebersihan (Dispertasih) Kabupaten Bandung dalam penanganan sampah.
Sekretaris RW 05 Kampung Cibadak, Kecamatan Baleendah, Agus Suwahyudin mengatakan, belum ada solusi untuk mengatasi masalah sampah dalam kapasitas besar. Di lingkungannya, sampah dibakar di depan rumah masing-masing dan sebagian warga membuang sampah bukan pada tempatnya.
Dia mengaku, di rukun warganya sudah terdapat TPS, namun baru bisa mencakup 50 persen dari sampah yang dihasilkan. TPS tersebut dibangun dengan anggaran pemerintah dan swadaya dari masyarakat.
"Untuk biaya penanganan sampah membutuhkan biaya tinggi. Setidaknya untuk satu kali menarik sampah membutuhkan biaya sekitar Rp400 ribu. Kalau untuk menarik iuran dari warga pun sangat berat," jelas Agus.
Pantauan INILAH di lapangan, tumpukan sampah terlihat di beberapa titik. Mulai dari Kopo Sayati, Sukamenak, Margaasih, Margahayu Katapang, Cincin, Gandasari dan beberapa titik jalan lainnya.
Herni (23) warga Sukamenak mengatakan, sampah dari pemukiman warga, jarang sekali diangkut. Akibatnya, menumpuk di pinggir jalan hingga berhari-hari. Kalau pun diangkut, tidak semuanya dan bertumpuk kembali ditambah dengan sampah yang baru datang.
Herni dan warga lainnya berharap, pemerintah dapat menyediakan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) agar tidak ditumpuk di tepi jalan. "Warga sudah protes ke petugas kebersihan, supaya jangan simpan disini tapi nggak didengar. Kami cuma bisa minta pemerintah agar dapat menyediakan TPS dan segera diangkut jika sudah penuh," tutur Herni.[ang]
Sumber : INILAHKORAN.COM - LINGKAR BANDUNG
Editor : Atep Supriatna
0 komentar:
Posting Komentar